Pidato J. Leimena

"Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat sekolah latihan (leershool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan"

GMKI Komisariat FEB USU

GMKI Komisariat FEB USU
Keluarga besar GMKI Komisariat FEB USU

Minggu, 24 November 2013

UOUS Corner: Secarik Kertas Untuk Pemuda


SECARIK KERTAS UNTUK PEMUDA…

Energi untuk bekerja, waktu yang cukup dan idealisme yang kuat merupakan tiga  potensi utama yang terdapat dalam diri pemuda. Pertanyaan nya adalah sejauh mana energi yang potensial ini dibawa untuk sebisa mungkin membangun bangsa ini atau sebaliknya jadi sebuah mata panah yang justru menghancurkan bangsa ini sendiri. Hal itu tergantung pada diri setiap orang dengan pertimbangan latar belakang, sejarah dan motivasi yang mendorong setiap insan pemuda dalam mengambil setiap keputusan. Sumpah pemuda yang diikrarkan pertama kali tanggal 28 Oktober 1928, sebagai sebuah bentuk semangat nasionalisme yang tertanam kuat dalam jiwa pemuda ketika itu, sebenarnya tidak terlalu berat untuk direfleksikan saat ini. Belajar berfikir sederhana dengan kepekaan yang tinggi terhadap kondisi pemuda sekarang, akan membawa kita pada sebuah indikasi pemahaman bahwa pemuda bangsa ini sebagian besar ternyata tidak lagi bangga menjadi dirinya sendiri sebagai bangsa Indonesia.
Perubahan pola gaya hidup, pola dwibahasa (Indonesia- Inggris & Indonesia -Korea) yang menjamur secara nasional hampir kedengaran tiap hari kerap dipertontonkan dan terimplementasi dalam hidup sehari-hari sebagian besar pengikutnya yang menyatakan diri “kaum dinamis” bagaikan sebuah penyakit lambat laun yang makin terendap lama dan semakin kronis di dalam tubuh yang akut seakan  sebuah tanda bahwa nasionalisme kita sebagai pemuda sudah terabrasi, terkikis dan mengalami degradasi dalam mempertahankan jati dirinya, kebanggaan dirinya sebagai bangsa Indonesia.

Pemakaian dwibahasa dinilai lebih bagus mungkin secuil dari semangat nasionalis yang semakin runtuh dari semangat sumpah pemuda ke-tiga yang menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Mungkin tidak muluk-muluk. Kebanyakan juga kita sebagai anak muda yang ingin di cap up date dan bukan kudet, bangga dengan brand asing seperti pakaian, tas, dan aksessoris lain yang luar punya (produk asing), dan dengan bangga mempertontonkan itu dalam keseharian kita. Lebih percaya diri dengan kerah baju bertuliskan “nevada” daripada “ darbost” hasil produk industri dalam negeri. Berbagai online shop yang menawarkan produk luar juga bermunculan bak jamur dengan harga yang lebih bersaing. Dan berjuta-juta warga negeri ini, menjadi objek pasar yang potensial bagi bangsa asing dan dengan bangganya mempertontonkan kestagnanan otak melalui kebanggaan  karna dibalut produk impor. Lantas, ekonomi bangsa ini pun semakin terpuruk dan ekonomi asing semakin berkembang karena sadar atau tidak “ produk asing adalah ekonomi asing dan produk Indonesia adalah ekonomi Indonesia” ( mengutip pendapat salah satu penggagas cinta produk Indonesia di salah satu TV swasta). Jadi, sadar atau tidak memang, hampir semua aspek bangsa ini, diambil alih oleh asing. Tidak cukup sampai di aksesoris tubuh, mata kita juga tidak lagi berbinar melihat industri perfilm- an dan musik tanah air.

Hampir setiap  memori laptop mahasiswa yang bangga dengan cap “kaum intelek” terisi folder film dan games daripada folder yang bersifat edukasi dengan peringkat pertama adalah film korea menyusul film negara lain seperti Thailand dan Hollywood dan ditutup dengan film Indonesia di peringkat terakhir. Lebih gaul rasanya menyanyikan lagu “Sarangae Aisitheru” daripada lagu “Perjalanan ini” karya Ebiet G Ade. Mengisi jadwal kuliah yang kosong berjam-jam dengan cerita film “pasta” dengan romantika percintaannya yang menguras air mata daripada “ayat-ayat cinta” karya Anak Negeri Hanung Brahmanto yang menitipkan sejumlah adat ‘ketimuran’ dan sejarah budaya bangsa yang harus diwariskan. Bangga ‘nyeritain nongkrong di Starbuck dengan rupiah yang disetor ke Amerika setelah jadi dolar daripada menceritakan enaknya kopi “ Tanpak dan kopi Ida” olahan bangsa yang dimana hasil penjualan mereka turut menyumbang arus perputaran uang di Kabupaten yang berdampak terhadap bangkitnya ekonomi daerah.

Akhirnya, mulai dari ujung kaki sampai perawatan ujung rambut sadar atau tidak, kebanyakan kita persembahkan bagi kemajuan bangsa asing dari setiap rupiah yang didolarkan oleh kemasan shampo, sepatu, baju, dan berbagai produk asing yang kita pakai. Lantas, dimanakah di hati kita letak karya anak bangsa ini? Yang dengan lantangnya diikrarkan 85 tahun lalu bahwa kita mengaku satu bangsa dan setanah air. Tidak salah kalau mereka akhirnya gulung tikar dan kita pun tetap angkuh dalam keegoisan yang ‘tak sadar’. Teringat dengan seorang tokoh mantan wakil presiden di negeri ini yang bangga menggunakan produk cibaduyut dalam aktivitas kenegaraanya, Adakah kita mengenal sepatu Cibaduyut yang terjangkau itu yang tak kalah kualitasnya dengan Versace dan Dolce Gabbana dari Italia yang harganya selangit itu? Mengeluarkan ratusan ribu (bahkan jutaan rupiah bagi kelas tertentu) tak jadi masalah dibandingkan dengan menawar sepatu new era di pajak tradisional dengan mulut yang berbusa-busa sampai menahan harga setengah mati. Miris sekali memang, dan inilah diri kita yang kita ratapi dan anggap miris. Berharap, dengan peringatan sumpah pemuda tahun ini, bangsa ini yang adalah kita, bisa kembali membangun harga dirinya dari keputusan-keputusan kecil namun secara kolektif sangat berdampak bagi bangsa ini.

HIDUP PEMUDA!!!
UT OMNES UNUM SINT
Romedina Banjarnahor
GMKI FE USU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar