HARGA
PEMURIDAN
Pelayanan
dengan rendah hati tanpa memperdulikan kepentingan diri sendiri, itulah tanda kebesaran.
Arti menjadi seorang murid Kristus adalah penyerahan total kepada Kristus itu
sendiri. Pada hakikatnya Yesus menuntut untuk kita menyerahkan seluruh hidup
kita kepadaNya. Cinta kasih yang paling manusiawi sekalipun seolah tak
tertolerir bagi-Nya, “ barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari
pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku, dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki
atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku ” (Mat.10:37). Hanya
orang yang mau memusatkan seluruh hidupnya kepada Yesus, merendahkan diri di
hadapan-Nya, melupakan perkaranya sendiri dan mau memikul salib, dia lah yang
layak mendapat gelar seorang murid Kristus dan melanjutkan pergerakan sang penyelamat di
dunia ini.
Yesus
sendiri tak pernah menjanjikan proses yang indah selama menjadi pengikut-Nya, “
Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja
sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal
Allah,” (Mat.10:18), hal seperti ini lah yang dikatakan Yesus kepada muridnya.
Kalimat tersebut menunjukkan bahwa dari awal pun Yesus sudah menunnjukan
gambaran tragis dari hal mengikut Dia. Yesus sendiri telah terlebih dahulu di
benci, di hina, di kejar, di sesah dan dianiaya, maka bukan lah kadarnya bagi
seorang pengikut untuk mengharapkan keadaan yang lebih baik daripada itu.
“Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Mat.10:22b)
, bersukacita adalah keputusan yang paling bijak yang bisa di ambil oleh
seorang pengikut Kristus saat penderitaan itu menghampirinya.
Dalam
pelayanan, ketika pergerakan kita terbatasi karena memprioritaskan kesan orang
lain terhadap kita, maka kita tak ubahnya seperti sosok orang munafik yang
sering disebut Yesus berdoa di persimpangan jalan, menggembar-gemborkan bila
memberi sedekah , dan yang memasang muka muram supaya semua orang tahu bahwa
mereka berpuasa.Yesus tak pernah memberikan apresiasi bagi yang hanya
memikirkan apa yang di pikirkan orang lain terhadapnya. Ia menginginkan setiap
murid-Nya hanya mementingkan apa yang di pikirkan Allah, bukan apa yang di
pikirkan manusia. Murid Kristus haruslah menjadikan Allah sebagai pusat
kesetiaan dan tujuan hidup mereka, sehingga setiap apa pun yang mereka perbuat
adalah demi menyenangkan Allah itu sendiri. Sangat menyakitkan sebenarnya
ketika Yesus sendiri pun mengatakan “Kasihi lah musuh mu seperti kamu mengasihi
dirimu sendiri” (Imamat 19:18),
yang menunjukkan bahwa tak ada alasan untuk seorang murid melakukan pembalasan
atas penderitaan yang di terimanya. Yesus adalah teladan paling sempurna dalam
hal mengasihi, yang juga pasti di inginkan nya ada dalam diri murid-muridnya
agar memiliki pengampunan tanpa batas terhadap kawan maupun lawan-lawannya.
Masa
sekarang, mungkin kita tidak harus meninggalkan rumah dan saudara kita untuk
memberitakan injil dan mengikut Yesus seperti yang dilakukan oleh murid-murid
yang pertama. Kita hanya dituntut untuk meneruskan apa yang sudah dijalankan
sebelumnya, namun tetap seorang murid masih dituntut secara total menyerahkan
diri kepada Dia, “Tidak seorang pun dari kalian dapat menjadi pengikutKu, kalau
ia tidak mengurbankan segala-galanya”(Luk.14:28-33). Sangat bertentangan dengan
sifat manusia sekarang yang individualis dan selalu berpusat hanya kepada
kepentingan dirinya sendiri. Tidak heran jika banyak yang menyerah selama
prosesnya menjadi pelayan dan mengikut Kristus, bahkan Petrus yang terkenal
setia kepada Yesus sekalipun menyangkal bahwa ia mengenal Yesus, dan melarikan
diri sebelum mereka harus menghadapi tantangan. Alangkah lebih baik untuk tidak
memulai, daripada memulai dan kemudian berhenti.
Akan
selalu ada buah untuk setiap proses yang di kerjakan, begitu pula halnya dengan
pemuridan, “Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh,karena kami tahu,bahwa
sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga
turut mengambil bagian dalam penghiburan kami” (2 Korintus 1:7). Tidak ada
orang Kristen yang karena kemuridannya mengalami kerugian melebihi
berkat-berkat yang diterimanya. Sangat klasik memang ketika dikatakan bahwa
nantinya mereka akan beroleh berkat melimpah di surga, namun memang tak terbantahkan
bahwa hal itulah dijanjikan Yesus bagi murid-muridnya yang sejati “dan pada
zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (Mark.10:30b). Tugas
mengikut Yesus, walaupun terasa sangat berat bukan lah suatu pengorbanan
melainkan suatu hak istimewa. Karena pada dasarnya Yesus sendirilah yang telah
memilih murid-muridnya “ Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu “ (Yoh.15:16). Yesus berkata kepada kedua belas muridnya “kamulah
yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku
alami . Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku
menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di
dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua
belas suku Israel” (Luk.22:28-30). Sekali lagi, itulah harga pemuridan yang
dijanjikan Yesus, bagi setiap orang yang mau menyambut panggilan menjadi murid
dan mampu bertahan dalam segala kesusahan selam berproses menjalankan misi
menghadirkan Shalom Allah di dunia ini.
Wira Verina Br. Bangun
Maper 2013
Maper 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar