Pidato J. Leimena

"Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat sekolah latihan (leershool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan"

GMKI Komisariat FEB USU

GMKI Komisariat FEB USU
Keluarga besar GMKI Komisariat FEB USU

Minggu, 04 Mei 2014

Budak di Negeri Sendiri?



Budak di Negeri Sendiri?
[sebuah dilema tenaga kerja Indonesia di MEA 2015]
Masyarakat Ekonomi ASEAN akan diberlakukan kurang lebih satu tahun lagi. Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah salah satu bentuk kerja sama ekonomi sekawasan Asia Tenggara yang sudah dirancang dan dilaksanakan setelah Deklarasi Bangkok  tahun 1967. Jadi, akan ada arus lalu lintas barang , jasa-jasa dan investasi yang bebas, arus lalu lintas modal yang bebas, serta arus TENAGA KERJA yang bebas. Sebelumnya memang, MEA ini disepakati dilaksanakan pada tahun 2020 namun pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina para pemimpin ASEAN menandatangani Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015 sehingga disepakatilah percepatan pembentukan MEA menjadi tahun 2015.
Ketika nanti MEA terwujud, para warga negara dapat keluar dan masuk dari satu negara ke negara lain mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan dinegara yang dituju. Tetapi, satu hal yang perlu kita garis bawahi bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan adalah TENAGA KERJA TERAMPIL yang secara umum artinya adalah pekerja yang mempunyai keterampilan atau keahlian khusus, pengetahuan, atau kemampuan dibidangnya, yang bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademisi, atau sekolah teknik ataupun dari pengalaman kerja. Ada juga istilah MRA ( Mutual Recognition Arrangement ) yang artinya adanya kesepakatan yang ditandatangani oleh para Menteri Ekonomi ASEAN untuk menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi untuk mendapatkan kesamaan/kesetaraan serta mengakui perbedaan antarnegara untuk pendidikan, pelatihan, pengalaman dan persyaratan lisensi. Yang sudah disepakati adalah MRA untuk jasa INSINYUR, PERAWAT, ARSITEK, TENAGA PARIWISATA, TENAGA MEDIS, TENAGA PENDIDIKAN, AKUNTAN DAN DOKTER.
Pertanyaannya sekarang, apakah tenaga kerja kita sudah cukup berdaya saing? Ataukah kita merasa optimis diawang-awang dan jauh dari sikap realistis? Para punggawa negeri ini selalu tak lupa mengatakan OPTIMIS. Ya, sekedar menutupi kegalauan hati melihat situasi. Rakyat negeri ini juga menyalahkan elite negeri yang dipilih mereka sendiri. Saling menyalahkan jadinya. Ah,ah,ah………….
Tapi, kita lihat dululah fakta-fakta ini ya:
1.      World Economic Forum dalam laporan The Global Competitiveness Report tahun 2013-2014, menempatkan Indonesia di peringkat ke-38 dari 148 negara. Bahkan berdasarkan daya saing, logistik, dan produktivitas tenaga kerja selama tahun 2012-2013, posisi Indonesia dibanding negara ASEAN lainnya mulai mengkhawatirkan, yakni berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
2.      Menurut Badan Pusat Statistik, tahun 2013 lalu jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang, atau rata-rata 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Yang katanya pemuda adalah pilar kebangkitan bangsa, tetapi tidak usahlah naif. Di fakultas kita, pemuda adalah pilar keruntuhan bangsa [ maaf bagi yang tersungging ]. Kita kehilangan semangat visioner, takut bermimpi, merasa nyaman dalam fatamorgana, individualis, pragmatis, hedonis dan konsumtif  [cari aja di KBBI apa arti kata-kata itu!].
3.      Kualitas SDM Indonesia sebagaimana terlihat dari Human Development Index  Indonesia yang masih bertengger di peringkat 121 dari 185 negara [aih, memanglah]. Alam memang kaya, tetapi SDM nya tidak sanggup. Bahkan, Indeks Persepsi Korupsi di Indonesia masih bertengger di peringkat ke-118 dari 174 negara [alamak!]
4.      Jumlah tenaga kerja yang kurang terdidik di Indonesia masih tinggi yakni mereka yang berpendidikan di bawah SD dan SMP mencapai 68,27 persen atau 74.873.270 jiwa dari jumlah penduduk yang bekerja sekitar 110.808.154 jiwa. 80 persen pengangguran Indonesia hanya lulusan SMP dan SD. Jika dibandingkan dengan pengangguran negara tetangga, 80 persen pengangguran Singapura dan Malaysia adalah lulusan perguruan tinggi dan SMA. Mereka kan pintar bahasa Inggris. Coba nanti ketika mereka bebas masuk ke Indonesia dan mungkin akan mengambil pekerjaan di Indonesia. Aih, kemanalah kita nanti?
Jadi kan, jika pemerintah tak rajin memberi pelatihan dengan sertifikat internasional, maka pekerja asing akan diuntungkan dan merebut jatah penduduk Indonesia loh.
5.      Penduduk Indonesia ada sekitar 250 juta dan orang yang pendidikan sekitar 10% saja atau sekitar 25 juta atau setara dengan penduduk negara Malaysia. Hanya saja, yang perlu dicermati jika hanya memiliki tenaga profesional atau penduduk berpendidikan hanya 10% saja tentu saja di mata dunia, Indonesia hanya menjadi negara buruh saja. [Oh, tidak!]
6.      2015 nanti, ribuan tenaga kerja Filipina akan masuk dan menyerbu pasar kerja di Indonesia khususnya tenaga kerja level menengah. Hal ini sudah terjadi di Singapura dan Dubai [ya, iyalah Bahasa Inggris mereka kan lebih bagus dan biaya upahnya pun lebih murah!]
7.      Vietnam telah cukup lama memasukkan Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran di sekolah. Yang pasti, mereka mengincar pasar ketenagakerjaan Indonesia. Filipina juga gencar memberikan pelatihan kepada para tenaga medis terkait dengan aspek kehidupan sosial budaya di Indonesia. [ Bah, kita?}
8.      Pendapatan buruh di Jakarta sekitar diatas Rp 2 juta sebulan akan menjadi daya tarik bagi buruh Laos yang gajinya hanya Rp 750.000 per bulan. [Awaslah, kita!]
9.      Setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia, hanya sekitar 4,3 persen yang terampil dibandingkan dengan Filipina 8,3 persen, Malaysia 32,6 persen dan Singapura 34,7 persen.
10.  Brand Management Astra International Lorentius Galuh Saputra mengatakan bahwa di Astra dari 100 pelamar hanya 5 orang yang bisa lolos. SOFT SKILL jadi masalah utama SDM di Indonesia Begitu juga dengan Vice President Human Resource Operation Pertamina Setyo Wardono mengatakan bahwa rata-rata para pelamar ke PERTAMINA minim pengalaman dalam kepemimpinan karena jarang mengikuti kegiatan kepemimpinan dan organisasi (suaramerdeka.com).   [ Setuju Pak Galuh dan Pak Setyo! Tapi, cemanalah pak, kuliah-pulang ajanya kami.]

Mari bertanya ke diri kita masing-masing. Gelisahkah kita membaca fakta-fakta diatas? Ataukah mungkin kita masih tetap merasa aman, nyaman, tentram dan sentosa dengan yang kita lakukan sekarang? Berharap kita gelisah dan mulai memikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kualitas kita pribadi lepas pribadi. Tak perlulah lagi menyalahkan siapa-siapa.
Adalah hal yang sangat memalukan jika kita menjadi BUDAK DI NEGERI SENDIRI. Tetapi, ayolah! Masih ada waktu sekitar satu setengah tahun lagi. Mari mempersiapkan diri kita dengan menguasai bahasa asing minimal bahasa Inggris, menguasai hardskill yaitu betul-betul ahli dalam jurusan yang kita geluti [jika manajemen pemasaran, SDM ataupun keuangan, kuasailah betul-betul. Jika akuntansi ataupun ekonomi pembangunan, jadilah ahli di jurusan masing-masing!] , softskill dengan mengikuti organisasi yang ada [ini adalah kewajiban bagi mahasiswa!] dan rajin mengikuti sertifikasi-sertifikasi ataupun pelatihan-pelatihan.
Cukuplah sampai disini tulisan ini. Tulisan bisa saja sedikit, tetapi AKSI kita harus banyak! Ayo!

                                                                                                                                                                        GMKI Koms. FE-USU


Tidak ada komentar:

Posting Komentar