Pidato J. Leimena

"Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat sekolah latihan (leershool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan"

GMKI Komisariat FEB USU

GMKI Komisariat FEB USU
Keluarga besar GMKI Komisariat FEB USU

Jumat, 13 Mei 2016

Sudut Biru III



Kotak kosong suara
   
    “Aku ingin agar mahasiswa-mahasiswa ini menyadari bahwa mereka adalah “the happy selected few” yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus juga menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsanya.” Dan kepada rakyat aku ingin tunjukkan bahwa mereka dapat tunjukkan bahwa mereka dapat mengharapkan perbaikan-perbaikan dari keadaan dengan menyatukan diri di bawah pimpina patriot-patriot universitas.
 (Soe Hok Gie, Cacatan Seorang Demonstran)                                                                                                                                           
          Bulan Mei merupakan bulan yang spesial bagi sejumlah mahasiswa. Di bulan inilah ajang perhelatan ‘demokrasi’ terbesar di kampus bertajuk “Pemihan Raya Mahasiswa” di gelar.  Ajang yang sering disebut sebagai ‘pesta demokrasi’ kampus terbesar ini bagi sebagian mahasiswa merupakan momen spesial yang harus disambut, dipersiapkan dan dimanfaatkan betul untuk berbagai tujuan, kepentingan politik? hasrat narsisme? Meruntuhkan ‘rezim’? atau sekedar ajang ‘coba coba berhadiah’ dengan mencalonkan diri pada berbagai pos strategis lembaga kemahasiswaan.
Proses awal sebuah demokrasi kampus akan menggiring Logika berpikir kita pada konklusi dua hal, Pertama, kebijakan dengan menggelontorkan lebih banyak uang untuk proses sosialisasi pemira, pemasangan spanduk, poster, baliho hingga media sosial ‘membanjiri’ berbagai ruang publik kampus, Pemanfaatan setiap sudut kampus akan selalu dipenuhi oleh baliho dengan desain foto dan raut muka maupun senyum yang seolah menawarkan diri ‘’ayok pilih aku’’
 Kedua, kita ‘dipaksa’ untuk percaya bahwa ada semacam “angin surga” perubahan dan harapan baru dari calon-calon aktor baru dalam setiap pemira, yang sejatinya minim gagasan visioner. Angin surga akan di desain dengan sebuah diksi  yang dikemas sebagai ungkapan visi dan misi dengan tambahan bumbu retorika tinggi yang membuat kalangan pembaca malas untuk mengarahkan pandanganya kesana,, tetapi di sisi lain itu akan tetap terpangpang dengan adanya harapan dan kenyataan yang baru bagi sebagian kalangan yang dapat memaknainya, meskipun pada kenyataan itu janji itu akan menghilang seiring dengan pudarnya dan hilangnya baliho yang tak seberapa itu.
Niscaya benar atau tidak hal ini akan membuat mahasiswa usu akan semakin apatisme,dengan hasil rekapitulasi suara yang mebuktikan minimnya kotak kosong yang berisi dengan jumlah 13.219 pada tahun 2013. Dari 33.000 0rang  mahasiswa.60 persen memilih jalannya sendiri untuk tidak ikut dalam menentukan pilihannya.
Namun benarkah mahasiswa USU enggan berpartisipasi hanya karena soal kinerja buruk aktor atau soal sosialisasi? Kinerja EKSEKUTIF atau PEMA universitas DAN LEGISLATIF ATAU MPMU yang seharusnya Sebagai kaum muda yang merdeka yang tidak terikat dengan berbagai kepentingan serta landasan Tri Darma perguruan tinggi yakni pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat yang akan menjadi garda terdepan dalam era yang penuh tantangan yang berperan sebagai agent of change (pembukaan mukadimah tlo usu)  telah jelas di rumuskan dalam TLO USU yang selanjutnya di terjemahkan dalam garis besar program kerja organisasi sebagai landasan utama dalam melangkah dengan mempertimbangkan kebutuhan mahasiswa.
 Awal utama melihat kinerja dipengaruhi oleh proses sosialisasi akan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.sehingga kita bisa memberi pandangan akan realita yang terjadi. Namun yang terjadi saat ini keberadaan PEMA dan dan seluruh jajranyya akan menghilang dan akan bersembunyi di balik layar dengan menikmati fasilitas sambil menggoyang kaki bahkan sampai tertidur nyeyak  di balik pintu sekretariatnya. dimana mereka bermimpi telah menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya setelah resmi menduduki kursi panas kampus itu.tanpa peduli akan apa yang terjadi diluar sana hingga pada suatu saat akan bangun sendiri  dan akan berujung pada  pembentukan tim baru yaitu KPU (Komisi Pemilihan Umum) dalam ranges waktu yang mereka tentukan sendiri.demikian halnya dengan MPMU yang seharusnya yang paling menggercoki dan paling meributi kinerja PEMA malah masih bergelut di masalah internal yang berujung pada pembuatan struktur kepengurusan hingga pada saat ini.
Bukan kah ini sangat hebat, tata lakasana yang seharusnya dijungjung tinggi sebagai konstitusi mahasiswa telah dijadikan sebagai hal yang ke seratus  setelah egoisme dan kepentingan pribadi. Rutinitas belaka untuk mengulang hal yang sama tanpa adanya laporan sebagai wujud pertanggungjawaban apa yang dilakukan personal aktor adalah variabel determinan dalam hal mengapa mahasiswa menjadi ‘apatis’.dan tentu hal hal demikian akan membuat mahasiswa tak mau lagi terlibat dalam fungsinya sendiri yaitu control sosial bahkan memilih untuk memberikan suara akan merasa sungkam
Sehingga pada akhirnya proses panjang dan tak seberapa ini hanya akan dijalankan oleh orang orang yang peduli bertanggug jawab dan harus mementingkan kepentingan seluruh mahasiswa usu dengan sikap berani dan bukan lagi tendensius kepada kepentingan kepentingan oknum tertentu sehingga suara rakyat jelata usu pun dapat tersampikan  demi kebaikan usu yang membawa perubahan yang lebih baik
”Politik adalah barang barang yang paling kotor.lumpur- lumpur yang kotor.tapi suatu saat dimana kita tidak dapat menghindar diri lagi maka terjunla”
GMKI FEB USU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar